Jumat, 13 Maret 2015

Usulan Proposal Penelitian 2015

KAJIAN IMBANGAN NPK, KOMPAZOLLA DAN MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SEGRENG INOKULASI Rhizobacteri indigenous  MERAPI DI TANAH REGOSOL

Usulan Penelitian


           


Diajukan oleh:
Rizky Junianto
20110210010
Program Studi Agroteknologi



Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Usulan penelitian
KAJIAN IMBANGAN NPK, KOMPAZOLLA DAN MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SEGRENG INOKULASI Rhizobacteri indigenous  MERAPI DI TANAH REGOSOL

Yang diajukan oleh:
Rizky Junianto
20110210010
Program Studi Agroteknologi
Telah disetujui / disahkan oleh :

Pembimbing Utama:

Ir. Agung Astuti , MSi                                                Tanggal…………………
NIK. 19620923199303133.017

Pembimbing Pendamping:                                                                 

Ir. Hariyono. MP                                                         Tanggal………………
NIP : 196503301991031002

Mengetahui:
Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Innaka Ageng Rinegsane  SP. MP                       Tanggal…………………..
NIP. 19721012200004133050

                                                                                                                                            I.            PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Fenomena perubahan iklim yang ekstrim seperti kemarau panjang merupakaan persoalan yang memiliki dampak signifikan terhadap penurunan produksi padi, pada tahun 2014 produksi padi sebanyak 70,61 juta ton gabah kering giling (GKG), mengalami penurunan sebanyak 0,67 juta ton (0,94 persen) dibandingkan tahun 2013 ( BPS 2014). Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya peningkatan produksi dengan melakukan program intensifikasi pertanian seperti penanaman varietas unggul yang tahan kekeringan, pemanfaatan agensia hayati dan pemberian pupuk yang berimbang.

Hasil penelitian Agung_Astuti dkk (2014) menunjukkan bahwa varietas padi yang tahan dengan cekaman kekeringan adalah Segreng Handayani yang diinokulum dengan isholat Rhizobakteri indigenous Merapi MB+MD dan diberi dosis pupuk anorganik ½ dari dosis anjuran, dengan hasil panen mencapai 1,78 ton/ha. Hal ini disebabkan Rhizobacteri indigenous Merapi memiliki kemampuan osmotoleran hingga >2,75 M NaCl serta memiliki kemampuan Nitrifikasi, Amonifikasi dan melarutkan Posphat ( Agung_Astuti 2013), namun produksi yang dihasilkan jauh dibawah rata-rata produksi padi sawah Indonesia yang mencapai 5,68 ton per hektar, laporan BPTP (2010). Berdasrkan data tersebut maka perlu dilakukan lagi peningkatan produksi padi segreng dengan menambah bahan organik dari makhluk hidup disekitar kita yang dapat menyediakan pupuk secara alami seperti Mikoriza sebagai penyedia Phospat (P) dan Azolla sebagai pengganti pupuk Nitrogen (N). Tujuan penambahan bahan organik tersebut untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia yang terlalu intensif dilakukan oleh petani, karena semakin tingginya aplikasi pupuk anorganik tanpa pengembalian bahan organik ke tanah mengakibatkan keseimbangan dan ketersediaan hara tanah terganggu. 
                                                                                                                                       

Pupuk hayati Mikoriza dapat membantu dalam memperluas serapan hara (Talanca dan Adnan, 2005), mengubah hara tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman (Widiastuti dkk, 2005) dan dapat mengubah morfologi akar sehingga tahan   akan kekeringan (Nurbaity dkk, 2009). Hasil penelitian Syamsiah dkk (2012) menyatakan bahwa inokulasi Mikoriza pada padi meningkatkan tinggi tanaman 9%, jumlah anakan 33% dan hasil Gabah Kering Giling (GKG)  16% dibandingkan dengan tanaman yang tidak diinokulasi. Sedangkan hasil penelitian Gunawan dan Rida (2012) menyatakan pemberian tumbuhan air Azolla dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan berat kering tanaman, masing-masing sebesar 12,69% dan 14,97% .

A.    Rumusan masalah

Berdasarkan penelitian yang sudah ada menunujukkan bahwa Rhizobakteri, Mikoriza dan Azolla masing-masing dapat berasosiasi dengan tanaman padi, pada penelitian ini akan dibahas beberapa permasalahan yaitu:
1.      Adakah asosiasi antatara Rhizobakteri, Mikoriza dan Azolla terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi?
2.       Apakah dengan  inukulum Rhizobakteri, kompazolla dan Mikoriza dapat mengurangi pemupukan NPK ?

B.     Tujuan Penelitian

1.      Mengkaji simbiosis antara Rhizobakteri, kompazolla dan Mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil padi Segreng Handayani pada tanah Regosol.
2.      Menentukan imbangan dosis yang yang terbaik antara Azolla, Mikoriza dan NPK terhadap pertumbuhan padi Segreng Handayani yang dicekam kekeringan.

                                                                                                                                       I.            TINJAUN PUSTAKA

A.    Budidaya Padi Tahan Kering

Padi ( Oryza sativa ) secara ekologi dibagi menjadi dua bagian yaitu padi irigasi dan padi non irigasi. Padi gogo merupakan jenis padi non irigasi yang dapat tumbuh dalam keadaan yang ekstrim serta dapat tmbuh dalam keterbatasan input seperti kurangnya ketersediaan air. Kondisi tersebut menjadikan padi gogo dapat tumbuh dan berkembang pada lahan kering (Dobermann dan Fairhurst, 2000). Terdapat beberapa jenis varietas padi gogo yang ada di Indonesia, akan tetapi vadi gogo  varietas lokal sering dibudidayakan karena kelebihannya varietas lokal mempunyai rasa enak yang sesuai dengan etnis daerah setempat. Selain itu varietas lokal toleran terhadap keadaan lahan yang marginal, tahan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit, memerlukan masukan (pupuk dan pestisida) yang rendah, serta pemeliharaan mudah dan sederhana
Segreng Handayani merupakan salah satu varietas padi gogo lokal unggulan di Yogyakarta yang sering ditanam di daerah Gunung kidul. Varietas ini mampu tumbuh baik pada lahan kering tadah hujan dan bermanfaat bagi petani yang tidak memiliki sawah. Karakteristik Segreng Handayani memiliki bentuk gabah ramping, gabah berbulu, memiliki buku, tinggi tanaman 90,25 cm, panjang daun bendera 25,54 cm, lebar daun bendera 1,48 cm, memiliki jumlah anakan produktif mencapai 10- 14, jumlah gabah per malai 103,6 (Utami dkk., 2009). Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa Kristamtini dan Prajitno (2009), menyatakan padi beras merah Segreng memiliki keunggulan yaitu: 1) Hasilnya cukup tinggi 3- 4 ton/ ha, 2) Warna beras merah pada kulit arinya terkandung β- karoten 488, 65 mikro g/ 100 g, dapat berfungsi untuk menjaga kesehatan jantung dan mencegah penuaan, 3) Nilai jual beras tinggi, 30% lebih mahal dari beras biasa, dan 4) Padi yang toleran terhadap cekaman air.
Kristamtini dan Prajitno (2009) menyatakan bahwa benih padi segreng yang digunakan harus sudah masak secara fisiologis dan mempunyai kadar air konstan < 14%. Menurut Adhi (2011) dalam budidaya padi gogo berdasarakan metode SRI daya kecambah benih padi gogo > 80%, hasil penelitian Agung_Astuti dkk (2013).

menunjukkan bahwa penyiraman padi segreng sehari sekali tidak beda nyata dengan 3 dan 6 kali sehari penyiraman. Rekomendasi BPP Teknologi penggunaan pupuk kandang = 25000 kg/ha, Urea=150 kg/ha, SP-36=50 kg/ha dan KCl=25 kg/ha.
Menurut Farooq et al (2010), mekanisme pertahanan tanaman padi terhadap kekeringan secara umum dengan cara (1) drought escape, tanaman mampu menyelesaikan siklus hidup sebelum terjadi cekaman, (2) drought avoidance terdiri dari: (a). toleran kekeringan pada potensial air jaringan tinggi misalnya perakaran dalam, stomata sedikit, adanya bulu daun, kutikula tebal dan (b). toleran kekeringan pada potensial air jaringan rendah yaitu dengan cara mempertahankan turgor melalui akumulasi senyawa terlarut dalam sitoplasma (prolin barley 7-10 x kontrol, prolin kedelai 5-7 x kontrol), meningkatkan elastisitas jaringan, dan protoplasma resistance yaitu protoplasma tahan sampai potensial air –100s/d –200 Mpa.
Pada cekaman kekeringan, padi gogo mengalami proses adaptasi. Adaptasi morfologi padi gogo dilakukan dengan membentuk akar yang lebih gemuk, mempunyai akar seminal primer lebih banyak yang menyebabkan bobot kering akar padi gogo lebih besar dibandingkan dengan padi sawah dan daun menggulung yang merupakan indikasi tanaman mengalami titik layu sementara (Fauzi, 1997).

B.     Asosiasi Rhizobacteri pada Tanaman

Menurut Haas and Devago (2005) bakteri yang berasosiasi dengan akar tanaman ini dinamakan Plant Growth-Promoting Rhizobacteria (PGPR). PGPR/ Rhizobakteri Rhizobakteri merupakan mikroba kompetitor yang paling efisien yang mampu menggeser kedudukan mikroba pribumi (native) di lingkungan rizosfer sampai pada masa pertengahan umur tanaman dan dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman melalui : produksi hormon pertumbuhan, kemampuan fiksasi N untuk peningkatan penyediaan N tanah, penghasil osmolit sebagai osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa tertentu yang dapat membunuh patogen tanaman (Kloepper, 1993).

Rhizobakteri kelompok osmotoleran adalah kelompok mikrobia yang memiliki mekanisme osmoregulasi di dalam sistem fisiologinya, yaitu mekanisme adaptasi selular, menghasilkan senyawa organik untuk mencegah bahaya dehidrasi sel karena adanya cekaman osmotik. Adaptasi Rhizobakteri untuk menghadapi cekaman osmotik pada dasarnya dilakukan dengan tiga strategi, yaitu sintesis osmoprotektan, mengambil (uptake) senyawa osmoprotektan yang ada di lingkungannya, dan mengubah komposisi dinding sel agar tidak rusak kerena tekanan osmotik (Fembria dkk., 2010). Mekanismenya, dilakukan dengan menjaga agar potensial osmotik sel selalu lebih tinggi daripada lingkungannya sehingga air tetap dapat masuk kedalam sel (Samidjo dkk., 2002).
Sebagian besar jasad osmotoleran diketahui mengakumulasi Glisin Betain  yang dikenal sebagai senyawa osmoprotektan paling potensial dan paling efisien dalam memberikan tanggapan terhadap cekaman osmotik. Senyawa osmoprotektan adalah senyawa organik dengan berat molekul rendah dapat berupa : (1) karbohidrat (Glukosa, Sukrosa, Fruktosa), (2) poliol (Gliserol, Glukosilgliserol), atau (3) turunan asam amino (Glisin betain, Prolin betain, Prolin, Glutamin betain) (Hartmann et al., 1991), sedangkan Glisin betain adalah senyawa yang diakumulasikan oleh bakteri gram negatif pada kondisi cekaman kekeringan yang tinggi. Akumulasi Glisin Betain diketahui tidak mempengaruhi aktivitas selular dan tidak menghambat aktivitas enzim sitoplasma (Kusumastuti dkk, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian Susilowiati dkk (1997) diketahui bahwa pola asosiasi yang terbangun antara Rhizobakteri dan tanaman padi gogo yang ditanam di tanah Regosol sangat bergantung pada kondisi kelengasan tanah. Asosiasi positif antara keduanya terjadi pada aras lengas tanah 80% dan 40% air tersedia. Sementara pada aras lengas tanah 20% air tersedia tidak terbangun pola asosiasi tersebut. Peneliti lain yang menunjukkan tentang asosiasi rhizobakteri dengan akar tanaman diantaranya hasil penelitian Samidjo (2002) yang membuktikan inokulasi Rhizobacteri  dengan cekaman lengas 80%  memberikan pertumbuhan padi varietas Cirata lebih baik dibandingkan kadar lengas 40% pada lahan pasir pantai, kemudian Kusumaastuti, dkk. (2003) juga membuktikan bahwa Inokulasi campuran dua inokulum Rhizobakteri osmotoleran (Al-19+M-7b) terhadap tanaman padi IR-64 pada aras lengas 80% mampu menghasilkan anakan terbanyak. Pemberian inokulum campuran dari isolat Rhizobacteri  indigenous Merapi menjadikan tanaman padi dapat bertahan tanpa penyiraman hingga 6 hari (Agung dkk, 2013).
Penelitian Agung_Astuti, dkk (2013) menyatakan isolat Rhizobacteri indigenous Merapi MB-MD pada padi IR4 memberikan pengaruh terhadap hasil panen 1,26 ton/ha dan pada frekuensi penyiraman 3 hari memberikan pengaruh yang sama dengan penyiraman setiap hari, Rhizobakteri osmotoleran indigenous vulkanik Merapi isholat MB-MD juga mampu tumbuh pada cekaman NaCl >2,75 M dan melarutkan P pada medium Pikovkaya’s (PA) (Agung_Astuti 2013), kemudian Agung _Astuti dkk (2014) membuktikan lagi bahwa kombinasi isolat MB dan isolat MD sebesar 2 ml suspensi Rhizobacteri indigenous Merapi pada padi varietas Segreng Handayani mampu memberikan pertumbuhan  yang paling tinggi dibandingkan varietas Cherang dan IR-64 dengan penyiraman 6 hari sekali tidak beda nyata dengan penyiraman 3 kali sehari dan setiap hari.
Bakteri Rhizobakteri indigenous Merapi diaplikasikan dengan ketentuan setiap 15 ml starter campuran untuk 50 gram carrier gambut dan lempung halus yang telah disterilkan dengan perbandingan 3:2, lalu formulasi Rhizobakteri tersebut diaplikasikan pada medium tanam dengan cara menaburkan 10 g per tanaman pada lubang di sekeliling perakaran tanaman (Noviana dkk, 2009). Menurut Husen (2012) jumlah populasi  bakteri minimum yang terdapat dalam kemasan pupuk hayati, yaitu  >109 sel g-1 atau ml-1 pada saat diproduksi dan >107 sel g-1 atau ml-1 pada masa kedaluarsa.

C.    Pengaruh Mikoriza Terhadap pertumbuhan Padi

Mikoriza dikenal dengan jamur tanah karena habitatnya berada di dalam tanah dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut sebagai jamur tanah juga biasa dikatakan sebagai jamur akar. Keistimewaan dari jamur ini adalah kemampuannya dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur hara terutama unsur hara Phosphates (P) (Syib’li, 2008). Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini, hasil dari infeksi MVA yitu, meningkatkan penyerapan unsur hara, meningkatkan ketahanan kekeringan, serta meningkatkan ketahanan terhadap serangan pathogen. Dilain pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang (Widiastuti dkk, 2005).
Di dalam akar, jamur mikoriza membentuk arbuskular dan vesikel di dalam kortek akar, arbuskular merupakan hifa bercabang halus yang dapat menignkatkan 2-3 kali luas permukaan plasmolema akar,dan dapat memindahkan nutrien antara jamur dan tanaman. Vesikel merupakan organ penyimpan dimana jika korteks sobek maka vesikel dibebaskan kedalam  tanah dan selanjutnya dapat berkecambah dan merupakan propagul infektif. Bagian penting dari mikoriza adalah hifa eksternal yang dibentuk diluar akar tanaman. Hifa ini membantu memperluas daerah penyerapan akar (Kabirun,1990). Tahannya tanaman yang bermikoriza terhadap kondisi kekurangan air disebabkan karena hifa eksternalnya yang dapat meningkatkan total daerah perakaran dari sistem perakaran tanaman dan meningkatkan volume tanah yang dieksploitasi oleh air. Hal ini menyebabkan lebih banyak air yang tersedia bagi tanaman inang, yang akan lebih memacu pertumbuhan tanaman melalui pembelahan, pemanjangan dan pengisian sel oleh hasil metabolisme (Sasli 2004) dan (Nurbaity dkk., 2009).
Hasil penelitian Kabirun (2002) pemberian mikoriza pada  padi gogo dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering tanaman, serapan P tanaman, berat dan jumlah gabah berisi dan berat jerami. Sastrahidayat (1995) juga menyatakan bahwa MVA dapat meningkatkan hasil pada berbagai jenis tanaman antara lain: jagung (93,0%), kedelai (56,2), padi gogo (25%), kacang tanah (23,8%), cabe (22%), bawang merah (62,0%), dan semangka (77%)
   Hasil penelitian Mulyadi (1992) membuktikan inokulasi mikoriza Giomus fascilatum dalam kondisi cekaman kekeringan mampu menghasilkan anakan tertinggi pada kondisi kapasitas lapang 80%.  Peran positif mikoriza juga ditunjukkan hasil penelitian Rakhmawati (2006) yang membuktikan bahwa pemberian inokulasi crude inokulum mikoriza dan inokulum murni dengan frekuensi penyiraman 3 hari sekali mampu memberikan hasil tertinggi produksi padi IR-64. Inokulum crude merupakan campuran dari akar, tanah dan spora mikoriza dari hasil perbanyakan selama ± 1 bulan dari tanaman inang. Inokulum mikoriza dalam bentuk crude diaplikasikan bersamaan waktu tanam sebanyak 40 gram (Lukiwati dan Simanulangkit, 2001). Sedangkan menurut Tjokronegoro dan Gunawan (2000) inokulum berasal dari crude yang ditumbuhkan pada tanaman jagung selama 6 minggu diberikan pada tanaman sebnyak 10% dari berat tanah (8 kg) maka perlu diberikan 80 gram crude inokulum.

D.    Kompos Azolla

Azolla adalah nama tumbuhan paku-pakuan akuatik yang mengapung di permukaan air. Tumbuhan ini bersimbiosis dengan Anabaena Azollae. Anabaena adalah genus cyanobakteria filamentous atau ganggang hijau-biru,ditemukan sebagai plankton. Alga biru hijau (Cyanobacteria) dan Azolla sebagai inangnya atau rumah bagi alga. Alga hidup di rongga yang ada di sisi permukaan bawah daun Azolla. Dalam hubungan saling menguntungkan ini, Anabaena bertugas memfiksasi dan mengasimilasi gas nitrogen dari atmosfer. Nitrogen ini selanjutnya digunakan oleh Azolla untuk membentuk protein. Sedangkan tugas Azolla menyediakan karbon serta lingkungan yang nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan alga. Hubungan simbiotik yang unik inilah yang membuat Azolla menjadi tumbuhan yang menakjubkan dengan kualitas nutrisi yang baik (Iriyanto, 1993).
Anabaena memiliki Heterocysts yang merupakan sel yang berada di bagian ujung (terminal) yang dikhususkan dalam proses fikasi nitrogen. Interior dari sel ini berupa mikrooxic sebagai akibat dari peningkatan respirasi, tidak aktifnya pembentukan O2 dalam fotosistem II, bentuk/formasi dari penebalan diluar dinding sel. Nitrogenase mengubah dinitrogen menjadi ammonium pada pengeluaran ATP dan keduanya merupakan reduktan yang dihasilkan melalui metabolisme karbohidrat, sebuah proses tambahan, dalam cahaya melalui aktivitas fotosistem (PS) I . Sebagai imbalannya, nitrogen difiksasi dalam heterocysts bergerak ke dalam sel vegetatif , bagian akhir dalam paembentukan asam amino.
Berdasarkan penelitin Gunawan, I. dan R. Kartina (2012) diperoleh bahwa peningkatan berat kering gabah pada pemberian azolla tanpa Urea cenderung lebih baik daripada pemberian urea tanpa azolla. Pemanfaatan Azolla sebagai pupuk memang sangat memungkinkan, karena bila dihitung dari berat keringnya dalam bentuk kompos (Azolla kering) mengandung unsur Nitrogen (N) 3-5% dan Kalium 2-4,5 % (Rochdianto, 2008). Pemberian kompos azolla dengan dosis 6 ton/ha memberikan hasil terbaik tanaman padi sawah sebesar 12,05 ton/ha atau meningkatkan berat produksi gabah sebesar 21,03% (Kaimuddin, dkk 2008). 
Menurut sutanto (2002), bila azolla digunakan saat musim tanam padi dengan cara membenamkan kedalam tanah sebelum masa tanam atau setelah masa tanam, Azolla akan mudah terurai atau terdekomposisi. Pembenaman Azolla akan meningkatkan bahan organik tanah. 5 ton Azolla setara dengan nitrogen seberat 30 kg. Karenanya kebutuhan nitrogen untuk tanaman padi dapat digantikan dengan pemanfaatan Azolla. Hasil penelitian Gatot_Kustiono dkk, 2009 menunjukan bahwa aplikasi kompos Azolla 6 ton/hektar pada tanaman padi varietas Ciherang pada tanah inceptisol mampu menghasilkan gabah 8,69 ton/hektar, sedangkan perlakuan pupuk anorganik 100% (300 kg/hektar Urea; 75 kg/hektar SP36; 50 kg/hektar KCl) tanaman padi varietas Ciherang mampu menghasilkan gabah 8,09 ton/hektar

E.     Hipotesis

Diduga kombinasi inokulum antara kompos Azolla, Mikoriza dan NPK 75% dapat lebih meningkatkan hasil padi gogo pada tanah Regosol.


                                                                                                                      II.            TATA CARA PENELITIAN

B.     Rencana Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dengan jenis tanah Regosol.  Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2015.

C.    Bahan dan Alat Penelitian

1.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : benih padi Segreng Handayani, Rhizobakteri indegenous Merapi isolat MB dan isolat MD (koleksi Ir. Agung Astuti, M.Si.), media platting LBA (Luria Bertani Agar), media perbanyakan isolat LBC (Luria Bertani Cair), mikoriza pada rhizosfer tanaman jagung, kompos Azolla, KOH 10%, HCl 1%, Acid fuchin (untuk pengecatan), pupuk NPK, tanah regosol untuk media tanam, air untuk penyiraman, air steril, dan alcohol.
2.      Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah tabung reaksi, colonicounter, haemacytometer, petridish, shaker, erlenmeyer, mikro pipet, timbangan, gelas, besek pembibibitan, polybag, pengga ris, timbangan analitik, jarum ose, driglasky, pinset, pipet ukur, blue and yellow tip, autoklaf, oven, gelas piala, dan lampu bunsen dan kertas label.

D.    Metode Penelitian

Penelitian eksperimen disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAL) dengan metode percobaan faktor tunggal. Terdapat empat perlakuan dan setiap perlakuan diulang 3 kali dengan 3 tanaman korban 3 tanaman sampel dan 1 tanaman cadangan sehingga terdapat 84 polybag (layout Lampiran 1).
A: Rhizobakteri +NPK 100%
B: Rhizobakteri+NPK75%+Kompazolla
C: Rhizobakteri+NPK75%+Mikoriza

D: Rhizobakteri+ NPK75%+ Kompazolla +Mikoriza

E.     Tata Laksana Penelitian

1.      Pembuatan Inokulum Campuran Rhizobacteri indigenous Merapi dan Formulasi Carier Padat.
a.        Sterilisasi alat
Alat-alat yang terbuat dari logam dan gelas dicuci bersih kemudian setelah kering alat-alat tersebut dibungkus menggunakan kertas payung, kemudian disterilkan dalam autoklaf dengan temperatur 121oC bertekanan 1 atm selama 30 menit.
b.      Pembuatan medium Luria Bertani Agar (LBA) dan Luria Bertani Cair (LBC).
Media LBA digunakan untuk identifikasi isolat MB dan MD dan untuk pembutaan kultur stok isolat. Media LBC digunakan untuk pebanyakan Rhizobacteri  indigenous Merapi. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media ialah nutrisi dalam media harus homogen, pH 6,5-7,2 dan media harus steril. Medium LBA sebanyak 270 ml dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi steril sebanyak 10 ml/tabung dan sisanya ke erlenmeyer. Medium LBC sebanyak 240 ml dimasukkan ke dalam 3 erlenmeyer sebanyak 80 ml/erlenmeyer.
c.       Identifikasi koloni dan sel isolat MB dan MD Rhizobacter indigenous Merapi.
Identifikasi koloni dilakukan dengan pengamatan warna, diameter, bentuk koloni, bentuk tepi, elevasi dan struktur dalam koloni serta bentuk dan sifat sel Rhizobacteri indigenous Merapi dari hasil pembiakan kultur murni pada medium LBA menggunakan surface platting method.

d. Pembuatan biakan murni Isolat Rhizobacter indigenous Merapi untuk kultur stok.
Isolat Rhizobacter Indigenous Merapi yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya dimurnikan dengan cara mengambil 1 ose isolat bakteri ditumbuhkan pada medium LBA. Setiap tabung reaksi diisi dengan satu ose isolat bakteri yang diharapkan dalam medium LBA pada tabung reaksi tumbuh bakteri yang berkoloni. Biakan murni dibuat dari 1 ose isolat MB dan MD pada medium Luria Bertani Agar miring dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 27oC.
e.  Perbanyakan dan pembuatan starter campuran isolat MB dan MD.
Perbanyakan isolat MB dan MD dari kultur stok dilakukan dengan mengambil 2 ose isolat kemudian diinokulasikan ke dalam tabung reaksi berisi 10 ml medium LBA untuk tiap isolat dan diinkubasi dengan suhu ruang 27oC selama 48 jam pada rotary shaker dengan kecepatan 120 rpm. Isolat MB dan MD yang telah diperbanyak dan diinkubasi selama 48 jam kemudian diinokulasikan kedalam tabung reaksi berisi 20 ml LBC untuk perbanyakan isolat dan diinkubasi selama 48 jam. Selanjutnya dari isolat hasil perbanyakan diambil  sebanyak 12 ml per isolat ke dalam 2 erlenmeyer steril berukuran 25 ml berisi 100 ml LBC untuk masing-masing isolat (Lampiran 3). Kemudian  inkubasi pada  rotary shaker  selama  48 jam dengan suhu ruang untuk pengaktifan fase mid log bakteri dan lakukan uji viabilitas starter campuran. Uji viabilitas dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC). Satu mililiter starter campuran diencerkan menggunakan air steril hingga seri pengenceran 10-8. Pada seri pengenceran 10-6, 10-7 dan 10-8 diambil 0,1 ml lalu diinokulasikan pada medium LBA dengan surface platting method. Perhitungan jumlah koloni Rhizobakteri indigenous Merapi dilakukan setelah inkubasi selama 48 jam pada suhu ruangan 27ºC. Setelah kultur aktif, setiap 30 ml isolat starter campuran dimasukkan kedalam erlenmeyer berukuran 100 ml yang berisi carrier inokulum padat. Selanjutnya, hasil percampuran starter campuran dan bahan pembawa dikemas dalam plastik kemasan dan diinkubasi selama 1 bulan. Selama masa penyimpanan dilakukan uji viabilitas bakteri untuk mengetahui pertumbuhan bakteri setiap 1 minggu sekali. Selanjutnya formula inokulum padat diaplikasikan pada benih padi Segreng Handayani pada saat persemaian.
f.  Formulasi inokulum padat.
Bakteri Rhizobakteri indigenous Merapi diaplikasikan dengan ketentuan setiap 15 ml starter campuran untuk 50 gram carrier gambut dan lempung halus yang telah disterilkan dengan perbandingan 3:2. Starter campuran harus memiliki kepadatan populasi bakteri ± 107 cfu/g. Kemasaman dan kadar air formula harus disesuaikan yaitu pH 7 dan kadar air 40% untuk menunjang pertumbuhan Rhizobakteri indigenous Merapi dalam carrier.padat. Formulasi Rhizobakteri akan diaplikasikan pada medium tanam dengan cara menaburkan 10 g per tanaman pada lubang di sekeliling perakaran tanaman. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah kemasaman dan kadar air dalam kemasan. Formula inokulum harus memiliki pH 7 dan kadar air 40% untuk menunjang pertumbuhan Rhizobakteri indigenous Merapi dalam carrier. Carrier yang digunakan adalah kombinasi 89% gambut (w/w) + 1% gula (w/w) +10 arang aktif (w/w) dengan kemasan plastik. Bahan yang digunakan untuk menyesuaikan pH carrier ialah CaCO3 (kapur) dan untuk menyesuaikan kadar air digunakan air steril.

2.      Perbanyakan MVA
a.      Perbanyakan inokulum Mikoriza
Perbanyakan inokulum dengan cara kultur pot dengan menggunakan tanaman jagung, masing-masing pot diisi sebanyak 5 kg tanah sisa bekas tanaman jagung kemudian ditanam biji jagung 2 butir tiap pot, lalu dipelihara selama ± 1 bulan. Setelah berumur 1 bulan,  tanah dibongkar untuk mengambil akar jagung, kemudian dibersihkan dan dicuci, lalu akar tersebut dirajang. Tanah dan akar jagung tersebut dicampur kemudian dikering anginkan ± 7 hari. Kemudian dilakukan uji pendahuluan yaitu infeksi dan isolasi spora.
b.        Isolasi dan inokulasi Mikoriza.
Inokulum mikoriza diperoleh dengan cara mengambil tanah sisa bekas penanaman jagung berumur 1 bulan dan selanjutnya disaring guna penyaringan spora serta dihitung jumlahnya. Sedangkan akar jagung dicacah kemudian dihitung persentase infeksi mikoriza. Apabila dari perhitungan jumlah spora didapatkan kurang lebih 50-60 spora/gram dan persentase infeksi kurang lebih 80% maka cukup diinokulasikan sebanyak 40 gram crude/tanaman dengan cara dimasukkan dalam lubang sebelum bibit padi ditanam. Apabila crude inokulum belum layak diaplikasikan ( jumlah spora dan persentase infeksi kurang dari 80%) maka inokulasi ditambahkan menjadi 2-3 kali lipatnya.
3.      Pembuatan Kompazolla
Azolla didapat dari persawahan kemudian Azolla segar dimasukkan kedalam karung dan diikat dengan tali rafia,  kemudian diletakkan ditempat yang tidak terkena sinar matahari atau tempat yang memiliki kelembaban tinggi dan didiamkan selama 7 hari sampai berwarna kehitaman dan tidak berbau, agar proses pegomposan merata, diusahakan melakukan pembalikan setiap hari. Sebelum digunakan, kompos Azolla sebaiknya diangin-anginkan dulu sampai kering sepenuhnya, baru bisa dicampurkan ke media tanam. Setelah dikering anginkan azolla ditimbang sesuai dosis yang dibutuhkan perpolybag (lampiran 4).
4.      Aplikasi dan Budidaya
a.      Persiapan Media tanam dan pemupukan dasar
Persiapan media tanam dilakukan seminggu sebelum tanam dengan cara mengisi setiap polibag dengan tanah regosol yang sudah diayak dan dibersihkan dari kotoran dan gulma, kemudian diberi kompazolla dan Mikoriza dengan dosis sesuai perlakuan. Untuk dosis kompos Azolla kering sebanyak 6 ton/ha, Mikoriza 40gram crude/tanaman dan NPK 75% dari dosis anjuran (lampiran5). Pemberian pupuk dasar dilakukan bersamaan dengan persiapan media tanam atau satu minggu sebelum tanam dengan cara dicampurkan dengan tanah yang dimasukkan dalam polybag.

b.      Pembibitan
1). Seleksi benih dengan larutan garam
Seleksi benih dilakukan dengan cara memasukkan benih ke dalam wadah yang berisi air dan dicampur dengan garam ± 20% dari volume air yang digunakan, kemudian benih tersebut diaduk sampai benih terpisah antara yang terapung dan tenggelam. Benih yang tenggelam adalah benih yang bagus untuk dibibitkan. Selanjutnya benih tenggelam diambil dan dibilas dengan air biasa sampai bersih dan dikering anginkan.
2). Uji daya kecambah
Uji daya kecambah dilakukan untuk mengetahui potensi benih yang bisa berkecambah dari suatu kelompok atau satuan berat benih. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengambil 100 biji secara acak kemudian benih disemai pada petridish yang sudah diberi kapas atau kertas saring yang telah dibasahi.  Kemudian dihitung berapa jumlah benih yang berkecambah.
Rumus perhitungan daya kecambah :
                              DB = (JBK / JBT) x 100 %
Keterangan :
DB = Persentase biji berkecambah
JBK = Jumlah biji berkecambah
JBT = Jumlah biji yang ditabur
c.       Tahap inokulasi  Rhizobakteri saat persemaian benih.
            Formula padat Rhizobakteri indigenous Merapi diaplikasikan pada benih padi Segreng Handayani sesuai perlakuan dengan takaran 4-6 g/kg benih atau setara dengan 0,28-0,42 kg/ha dengan penambahan perekat berupa indostik dengan penggunaan sebanyak 0,03% (v/w) dan didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya setelah diinokulasi, benih dikeringanginkan dan ditempatkan pada tempat yang teduh agar tidak terkena sinar matahari dan kemudian langsung disemai dalam besek. Benih yang di semaikan dipelihara dengan cara disiram agar media tempat persemaian selalu lembab. Selama persemaian dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan Rhizobakteri saat fase persemaian. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali selama 3 minggu.
d.       Penanaman
Penanaman dan pemindahan bibit dilakukan pada saat umur bibit 3 minggu setelah persemaian. Penanaman dilakukan dengan cara tanam 2 bibit dalam 1 lubang untuk mengurangi resiko jika ada tanaman yang mati.  Penanaman dilakukan dalam polibag dengan jarak antar polibag 20 cm x 20 cm. Penanaman dilakukan pagi atau sore hari dengan cara melubangi tanah yang ada di polibag, kemudian bibit padi dimasukkan ke dalam lubang tanam.
e.       Pemeliharaan
1). Pengairan
Pada awal penanaman selama 2 minggu kondisi tanah akan disamakan sesuai syarat penanaman padi sawah yaitu tergenang, setelah 2 minggu pengairan disesuaikan dengan cekaman kekeringan yaitu disiram 6 hari sekali. Hasil penelitian sebelumya mengenai frekuensi penyiraman tanaman padi yang diinokulasikan Rhizobacteri indigenous Merapi membuktikan bahwa tanaman padi yang diinokulasikan dengan Rhizobacteri indigenous Merapi dengan frekuensi penyiraman 6 hari tidak berbeda nyata dengan perlakukan tanaman padi tanpa inokulasi dengan frekuensi penyiraman 1 hari (Agung_Astuti dkk, 2013).
2). Pemupukan susulan.
Pupuk susulan di aplikasikan saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam di berikan Urea 30% dan KCl 50%. Ketika umur 30 hari setelah tanam berikan Urea 40%, kemudian 40 hst  Urea 30% dan KCl 50%.( BPTP Kalbar, 2010).
3).  Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan dengan cara  mencabut dan membenamkan gulma ke tanah dengan alat gosrok, penyiangan dilakukan ketika gulma yang tumbuh di lahan populasinya > 50% setiap 1 minggu.
4). Pengendalian Hama
Pengendalian hama dilakukan secara mekanis, tapi apabila serangan hama melewati ambang batas akan dilakukan pengendalian secara kimiawi menggunakan pestisida.
f.   Pengamatan dan pemanenan
Pengamatan dilakukan  mulai dari 1 minggu setelah tanam, menjelang panen hingga pada saat panen. Pemanenan dilakukan setelah padi menguning (95% malai padi menguning dari sejumlah tanaman yang ada) dan di panen pada umur 115 hari setelah tanam.

F.      Variabel Pengamatan

 Pengamatan parameter pertumbuhan dan hasil tanaman dilakukan mulai dari  minggu 1 sampai minggu ke 8.
1.      Pertumbuhan Rhizobakteri indigenous Merapi
Viabilitas total Rhizobakteri indigenous Merapi dan isolat MB dan MD selama 4 minggu penyimpanan (cfu/g)
Pengujian dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 28 setelah penyimpanan dengan menggunakan medium LBA dengan kadar NaCl 0,2 M. Satu  gram sampel diencerkan pada botol suntik (10-2; 10-4; 10-6) dan 2 tabung rekasi (10-7;10-8), sehingga didapat seri pengenceran hingga 10-8. Setiap 0,1 ml pada seri 10-6;10-7;10-8 diinokulasikan dengan metode permukaan atau surface platting method dan setiap seri pengenceran yang diujikan (10-7;10-8;10-9)  dengan seri pengenceran 10-7; 10-8; 10-9 sebanyak 3 kali ulangan. Uji kemampuan hidup mikroba berdasarkan daya viabilitas dan jumlah koloni populasi bakteri.  Penghitungan populasi bakteri ini dengan  metode  Total Plate Count  (TPC). Jumlah bakteri  per mL dapat ditentukan dengan menghitung koloni yang tumbuh dari masing-masing pengenceran. Penentuan jumlah bakteri per mililiter dengan menggunakan rumus :   
Jumlah bakteri per ml sampel (CFU/ml) =          Jumlah koloni
                                                                             Faktor pengenceran

Penentuan jumlah jumlah bakteri per mililiter dengan menggunakan cara TPC harus memenuhi syarat sebagai berikut:
                           i.            Jumlah koloni tiap cawan petri antara 30 – 300 koloni
                         ii.            Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas cawan petri (Spreader)
                       iii.            Perbandingan jumlah koloni dari pengenceran yang berturut-turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya. Jika sama atau lebih kecil dari 2 maka hasilnya dirata-rata, dan jika lebih besar dari 2 maka yang dipakai adalah jumlah koloni dari hasil pengenceran sebelumnya
                       iv.            Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata (Agung_Astuti dkk, 2014).
2.      Pengamatan Pertumbuhan Tanaman
a.      Akar
1). Panjang akar (cm)
Panjang akar diukur menggunakan penggaris mulai dari pangkal tanaman hingga ujung akar terpanjang. Pengamatan panjang akar dilakukan pada minggu ke- 2, 4 dan 6 setelah tanam pada 3 tanaman korban per perlakuan.
2). Poliferasi akar
Poliferasi akar diketahui dengan mengamati percabangan perakaran tanaman padi. Pengamatan dilakukan pada 1 tanaman korban per perlakuan  pada minggu ke-2, ke-4 dan ke-6 setelah tanam. Proliferasi akar dinyatakan secara kualitatif dengan harkat (++++) untuk perakaran yang memiliki percabangan yang rumit serta banyak secara horizontal dan vertikal, (+++) untuk perakaran yang memiliki percabangan yang cukup banyak, (++) untuk perakaran yang memiliki percabangan akar yang sedang, dan (+) untuk perakaran yang memiliki percabangan akar yang sedikit dan (-) untuk perakaran yang tidak memiliki percabangan.
3). Jumlah Rhizobakteri
Pengamatan ini dilakukan dengan cara mencabut tanaman korban dan mengisolasi bakteri yang tumbuh pada zona perakaran dengan metode plate count, dengan cara mengambil sampel tanah 1 gram dilarutkan dalam 99 ml air steril dengan seri pengecatan 10-3, 10-4, 10-5 kemudian diambil 0,1 ml dan di inokulasikan secara surface platting pada medium Ekstrak Tanah Agar dengan kadar NaCl 0,2 M. Di inkubasi selama 48 jam, lalu dihitung jumlah bakteri yang tumbuh dengan colony counter. Dari isolat yang tumbuh, kemudian dihitung jumlah macam mikrobia berdasarkan perbedaan morfologi koloninya.
4). Presentasi infeksi MVA
Pengamatan dilakukan dengan pengecatan pada akar lalu diamati dengan mikroskop, dengan cara sebagai berikut:
                      i.            Mengambil sampel akar sesuai perlakuan lalu dibersihkan dari segala kotoran dengan menggunakan air,kemudian akar dipotong dengan panjang 0,5-1 cm
                    ii.            Akar yang telah dipotong dimasukkan dalam botol reaksi dan diberi 2 ml KOH 10% sehingga akar tercelup semua dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu akar dibilas dengan air bersih
                  iii.            2 ml HCl 1% ditambahkan pada botol hingga tercelup selama 1 jam. Setelah itu larutan dibuang
                  iv.            2 ml Cat Acid-fuchin diberikan pada botol reaksi selama 10-60 menit
                    v.            20 potongan akar diambil dan diatur dalam gelas benda lalu ditutup dengan gelas penutup dan diamati dengan mikroskop,lalu dihitung persentase infeksi dengan rumus:
                  vi.            persentase infeksi=(jumlah akar terinfeksi)/(jumlah akar total) x 100%.

5).  Berat segar dan berat kering akar (g)
Pengamatan bobot segar akar dilakukan dengan cara mencabut tanaman sampel kemudian menimbang bagian akar yang sudah dibersihkan dari tanahnya. Akar ditimbang menggunakan timbangan analitik, dan dinyatakan dalam satuan gram. Selanjutnya akar dijemur di bawah sinar matahari selama 24 jam dan dioven pada suhu 60oC sampai bobotnya konstan. Pengamatan bobot kering akar dilakukan dengan cara menimbang akar yang sudah kering oven menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan dalam satuan gram. Penghitungan bobot segar dan kering akar dilakukan pada tanaman sampel minggu ke-8.

b.      Tajuk
1). Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari leher akar sampai dengan bagian tanaman yang tertinggi. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan penggaris yang satuannya adalah (cm).
2). Jumlah anakan
Pengamatan jumlah anakan per rumpun dilakukan setiap 1 minggu sekali setelah perlakuan dan berhenti ketika titik maksimum perkembangan vegetative yang ditandai dengan keluar nya malai.
3). Berat segar dan berat kering tanaman
Pengamatan berat segar tanaman dilakukan dengan menimbang tajuk tanaman dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram. Pengamatan berat kering tanaman dilakukan dengan cara memasukkan tajuk tanaman padi ke dalam oven dengan suhu (80-150)˚C kemudian setelah konstan ditimbang dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram.
c.       Hasil
1). Jumlah Malai (bulir/malai)
Menghitung jumlah biji per malai dari tanaman sampel, dilakukan dengan menghitung semua biji yang ada dalam rumpun tersebut, baik yang berisi maupun yang hampa. Penghitungan jumlah gabah per malai ini dilakukan pada tanaman sampel pada waktu panen. Alat yang digunakan dalam pengamatan adalah bopoint dan kertas.
2). Berta 1000 biji (g)
Pengamatan berat 1000 biji dilakukan dengan cara menimbang berat gabah 1000 biji dari petak hasil masing-masing perlakuan yang telah dikeringkan, kemudian mengukur kadar airnya dengan dikonversikan pada kadar air 14% dengan rumus:
gram =
a= berat 1000 biji pada kadar air 14 %
b= berat 1000 biji pada kadar air terukur.

3). Hasil (ton/ha)
Pengamatan dilakukan pada saat panen dari petak hasil perlakuan yaitu dengan mengeringkan bulir gabah kemudian ditimbang diukur kadar airnya kemudian  dikonversikan dalam ton/ha pada kadar air 14% dengan rumus :
H =
H = hasil gabah/ha pada kadar air 14%
A = luas lahan dalam satuan ha (10.000 m2)
B = luas petak hasil (m2)
C = berat biji per petak hasil (kg/m2) KA= kadar air biji terukur

4). Waktu berbunga (%)
Pengamatan umur berbunga dilakukan saat padi mengalami pembungaan lebih dari 50%.

G. Analisis Data

Data hasil pengamatan secara periodik disajikan dalam bentuk histogram dan grafik, sedangkan hasil akhir dianalisis sidik ragam (Analysis of variance) mengunakan uji F pada tingkat kesalahan α 5%. Untuk perlakuan  yang  berbeda nyata diuji lebih lanjut dengan uji jarak berganda Ducan (DMRT).

H.    Jadual Kegiatan

No
Kegiatan
Bln ke-1
Bln ke-2
Bln ke-3
Bln ke-4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Persiapan Isolat
















2
Perbanyakan Isolat
















2
Persiapan dan pembuatan kompos Azolla
















3
Pembibitan dan inokulasi benih
















4
Persemian
















5
Pengolahan tanah dan pemberian pupuk dasar
















6
Penanaman
















7
Perawatan
















8
Pengamatan di Lapanagan dan di Lab
















9
Analisis data
















DAFTAR PUSTAKA




Adhi, S.P. 2011. Budidaya padi Gogo. http://sawitwatch. or.id/download/ manual %20dan%20modul/148_Budi%20daya%20Padi%20Gogo%201.pdf. Diakses tanggal. 5 Maret 2015.

Agung_Astuti. 2013. Uji Potensi  Rhizobacteri Indigenous  Lahan Pasir Vulkanik Merapi  Untuk Dikembangkan Sebagai Pupuk Hayati Di Lahan Marginal. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Lahan Marginal Sumberdaya Lokal untuk Mendukung Ketahanan Pangan Lokal, HITI & UNSOED Purwokerto, 8 Juni 2013.
Agung_Astuti, Haryono dan Murdianto. 2013. Pengaruh Frekuensi Penyiraman Dan Inokulasi Rhizobacteri Indigenous Vulkanik Merapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi Ir64 (Oryza Sativa). Skrisi Mahasiswa Umy (tidak dipublikasikan)
Agung_Astuti. Haryono dan M. H. Rachman. 2014. Pengujian Toleransi Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Berbagai Varietas Padi Yang Diinokulasi Rhizobakteri Indigenous Merapi. Skripsi Mahasiswa Pertanian UMY (Tidak Dipublikasikan).
Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat. 2010. Usahatani Padi Gogo. http://kalbar.litbang.pertanian.go.id/ind/images/ stories/leaflet/padi_gogo.pdf. Di akses tanggal 04 Januari 2015.
Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Tanaman Pangan Angka Ramalan II (Aram II) 2014 dalam   Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Katalog BPS:9199017. Edisi 54 November 2014.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. 2010. Petunjuk teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Gogo. (http://jabar.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/publikasi/brosurbook let/ 114.petunjuk-teknis-ptt-padi-gogo. Diakses pada tanggal 29 febuari 2015.
Dobermann and Fairhurst. 2000. Rice Nutrient Disorder and Nutrient Management. International Rice Research Institute. Philippines. 201pp.
Farooq, M. Kobayashi, N. Ito,  O. Wahid, A dan Serraj, R. 2010. Broader Leaves Result In Better Performance Of Indica Rice Under Drought Stress. Http://Www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/Pubmed/20392520. Diakses pada tanggal 05 Januari 2015.

Fauzi, A. 1997. Studi Beberapa Tolok Ukur Viabilitas Benih Padi Gogo untuk Indikasi Fisiologi Sifat Tahan terhadap Kekeringan. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 43 hal.
Fembria I.W., A. Astuti dan Haryono.2010. Pengaruh Inokulasi Rhizobakteri osmotoleran- Fiksasi Nitrogen dan Kondisi Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Merah-Putih.Skripsi Mahasiswa Fakultas Pertanian UMY. Hal 82.
Gatot_Kustiono, Indarwati dan Jajuk Herawati. 2009. Kajian Aplikasi Kompos Azolla dan Pupuk Anorganik untuk meningkatkan hasil padi sawah (Oryza sativa L.). http://pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/KAJIAN-APLIKASI-KOMPOS-AZOLLA-DAN-PUPUK-ANORGANIK-UNTUK-MENINGKATKAN-HASIL-PADI-SAWAH-Oryza-sativa-L.pdf Di akses 11 Desember 2014.
Gunawan, I dan R. Kartina. 2012. Substitusi Kebutuhan Nitrogen Tanaman Padi Sawah oleh Tumbuhan Air Azolla (Azolla pinnata). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (3): 175-180.
Haas, D. and Devago, G.(2005).”Biologycal Control Of Soil-Borne Pathogens by Fluorescens Pseudomonads”. Nature Reviews Microbiology.1,1-13.
Hartmann, A., SR. Prabhu and EA. Galinski. 1991. Osmotolerance of Diazotropic Rhizosphere Bacteria Plant and Soil. 137 : 105 – 109

Husen, E. dan Irawan. 2010. Efektivitas dan Efisiensi Mikroba Dekomposer Komersial dan Lokal dalam Pembuatan Kompos Jerami. http://balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 21 januari 2015.
Iriyanto. 1993. Kombinasi kompos azolla dengan urea terhadap tanaman cabai merah. KANISIUS. Yogyakarta. 157 hal.
Kabirun, S. 1990. Peranan Endomikoriza dalam Pertanian. PAU Bioteknologi IPB kerjasama PAU Bioteknologi UGM. Bogor.
Kabirun, S. 2002. Tanggapan Padi Gogo terhadap Inokulasi Jamur Mikoriza Arbuskula dan Pemupukan P Di Entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol 3 (2).pp 49-56.
Kaimuddin, B.,Ibrahim dan L. Tangko. 2008.  Budidaya padi sawah irigasi dengan aplikasi azolla dan ikan nila.  Journal Agrivigor 7(3):242-253.
Kristamtini dan Prajitno AL. 2009. Karakterisasi Padi Beras Merah Segreng Varietas Unggul Lokal Gunungkidul. Jurnal Ilmu-ilmu Pengetahuan. 5(2): 45-51.
Kloepper, J. W. 1993. Plant growth-promotting rhizobacteria as biological control agents. Dalam: F.B. Metting, Jr. (ed)., Soil Microbiology Ecology Application in Agricultural and Environmental Management. Marcel Dekker Inc. New York.
Kusumastuti, A., T. Yuwono dan J. Soedarsono. 2003. Peran Bahan Organik dalam Interaksi Rhizobakteri osmotoleran dan padi IR-64 pada dua aras lengas tanah di Udipsament. Tesis Program Studi Ilmu Tanah UGM.
Lukiwati, D. R. dan Simanungkalit, R. D. M. 2001. Dry Matter Yield P Uptake of Maize With Combination Of Phosphorus Fertilizer From Different Sources and Glomus Fasciculatum Inoculation. Konas Yogyakarta
Mulyadi. 1992. Pengaruh Jamur VA Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Gogo Pada Berbagai Kondisi Tanah. Tesis FTP UGM. Tidak Dipublikasikan.
Nurbaity,A., A. Herdiyantoro,. O. Mulyani. 2009. Utilization of Organic Materials as Carrier of Arbuskula Mycorrhizal Fungi Inoculant. J. Biol. XIII(1): 17-11.
Noviana, L dan Raharjo, B. 2009. Viabilitas Rhizobakteri Bacillus sp. DUCC-BR K1.3 pada Media Pembawa Tanah Gambut Disubstitusi dengan Padatan Limbah Cair Industri Rokok. BIOMA. ISSN: 1410-8801. Vol. 11, No. 1, Hal. 30-39.
Rakhmawati. 2006. Kajian Frekuensi Penyiraman dan Inokulasi VAM (Vesicular Arbuscular Mikoriza) Pada Budidaya Padi di Tanah Pasir Pantai. Skripsi Mahasiswa Pertanian UMY (Tidak Dipublikasikan).
Rochdianto, A. 2008. Manfaat tanaman Azolla. Dikutip dari http://agusrochdianto .mutiply.com diakses tanggal 14 febuari 2015.

Samidjo, G.S., T. Yuwono dan J. Soedarsono. 2002. Kajian Peranan Inokulasi Rhizobakteri Osmotoleran Pada Tanaman Padi di Tanah Pasir Pantai. Tesis Program Studi Agronomi. UGM.
Sasli,I. 2004. Peranan Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) dalam Peningkatan Resistensi Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan. Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702). Institut Pertanian Bogor.
Sastrahidayat, I.R. 1995. Studi rekayasa teknologi pupuk hayati mikoriza. Prosiding Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional VI Jakarta. Hal 11-15.

Susilowati, Yuwono dan Soedarsono (1997). Asosiasi Antara Rhizobakteri Dengan Tanaman Padi Gogo Di Tanah Regosol Pada Berbagai Aras Lengas Tanah. Tesis. Fakultas Pertanian UGM.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius.Yogyakarta.110 hal
Syamsiyah, J., B. H. Sunarminto., E. Hanudin dan J. Widada. 2012. Pengaruh Inokulasi Jamur Mikoriza Arbuskula Terhadap Glomalin, Pertumbuhan Dan Hasil Padi (Effect Of Arbuscular Mycorrizhal Fungi Inoculation On Glomalin, Growth And Rice Yield). Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (1) 2014.
Syib’li. M. A. 2008. Jati Mikoriza, Sebuah Upaya Mengembalikan Eksistensi Hutan dan Ekonomi Indonesia. http://-www.kabarindonesia.com.  Diakses tanggal 14 febuari 2015.
Utami D. W., Kristamtini, Prajitno al. KS. 2009. Karakterisasi Plasma Nutfah Padi Beras Merah Lokal Asal Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Berdasarkan Karakter Morfo-Agronomi dan Marka SSRs. Yogyakarta.
Talanca,A.H, dan A.M. Adnan. 2005. Mikoriza dan Manfaatnya Pada Tanaman. BPTS. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuam Tahunan. PEJ dan PFJ XVJ. Komda Sul-Sel.2005. ISBN: 979-95025-6-7.
Tjokronegoro P. D dan A. W. Gunawan. 2000. Te Role of Glomus Fasciculatum And Soil Water Conditions On Growth Of Soybean and Maize. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. Media Komunikasi Mikrobiologi Dan Bioteknologi:1-3.
Widiastuti, H,. N. Sukarno,. L. K. Darusman,. D.H. Gunadi,.S. Smith dan E. Guhardja. 2005. The use of Arbuskula Mycorrhizal Fungi Sporesasthe Inoculum to Improve Growth and Nutrient Uptakeof Oil Palm Seedlings. J. Menara Perkebunan73(1):26-34.

LAMPIRAN I
Lampiran 1. Layout penelitian
A (3)
C (1)
C (2)
D (2)
B (3)
B (1)
C (3)
A (1)
B (2)
D (3)
A(2)
D (1)
Keterangan :
A: Rhizobakteri +NPK 100%
B: Rhizobakteri+NPK75%+Kompazolla
C: Rhizobakteri+NPK75%+Mikori
D: Rhizobakteri+ NPK75%+ Kompazolla +Miko

Lampiran 2. Komposisi Media
1.    Media Luria Bertani Cair/L
a.       Tryptone                = 10 ml
b.      Yeast Extract        = 5 gram
c.       NaCl                      = 10 gram
d.      Aquadest               = 1000 ml
e.       pH                         = 7,2
2.    Media Luria Bertabi Aagar/L
a.       Tryptone    = 10 ml
b.      Yeast Extract        = 5 gram
c.       NaCl                      = 10 gram
d.      Agar                      = 15 %
e.       Aquadest               = 1000 ml
f.       pH                         = 7,2
3.    Media Ekstrak Tanah Agar (Allen, 1957 cit johnson et al., 1960)
a.       Glukosa                 =     1 g
b.      K2HPO4               =  0,5 g
c.       Agar                      = 15 g
d.      Aquades Steril      = 900 ml
e.       Ekstrak tanah        = 250 ml

Cara Membuat Ekstrak tanah
Ekstrak tanah dibuat dengan mengautoklav 1.000 gram contoh tanah yang ditambahkan 1 lier aquades steril selama 30 menit. Kemudian ditambahkan sedikit kalsium karbonat dan suspensi tanah disaring dengan kertas saring ganda hingga diperoleh cairan jernih.








Lampiran 3. Skema Perbanyakan isolat Rhizobakteri Indigenous Merapi
Gambar. Skema alur pembiakan bakteri MB
 







Gambar. Skema alur pembiakan bakteri MD
 





Gambar. Skema alur pembiakan isolat bakteri MB dan MD






Posting Lama Beranda

0 komentar :

Posting Komentar